MARCH 29, 2016 byMUSTIKA TREISNA YULIANDRI

Tak ada yang lebih membahagiakan selain minum kopi di saung. Menyeruput cairan hitam sambil memandangan pematang dan bukit yang berlapis-lapis.
DIBERKATILAH Kabupaten Tanah Datar di Provinsi Sumatera Barat yang dihadiahkan keindahan alam maha dashyat. Jauh sebelum saya terjun ke dunia kopi, saya sudah sering ke sini berhubung di sini adalah kampung halaman dari ibu saya. Kali ini kedatangan saya tak hanya sekedar menjenguk sanak-saudara, tapi juga mencari pengalaman minum kopi yang ternyata ada di sini. Meski Tanah Datar dan sekitarnya belum terkena kultur The Third Wave Coffee, tapi kabupaten ini memiliki keunikan lain yang tentunya berkaitan dengan kopi.

Berkat seorang teman lama, saya mendapatkan informasi tentang sebuah pabrik kopi tradisional dan sekaligus kedai kopi bernama Kiniko Kopi. Lokasinya berada di kawasan Tabek Patah Tanah Datar, kira-kira satu jam dari Kota Batusangkar. Teman saya mengatakan bahwa rata-rata masyarakat di sini mengonsumsi kopi dari pabrik kopi ini.

Tak hanya kopi, masyarakat Tanah Datar juga mengonsumsi kawa daun, yaitu air dari daun kopi yang diseduh seperti teh. Keistimewaan Kiniko sebenarnya tak hanya terletak dari kopinya, tetapi pemandangan alam yang tepat berada di kedai kopinya. Ah, karena tak sabar jadilah keesokan harinya saya dan kedua teman menjelajah ke sana.

Kiniko Kopi tak sulit ditemukan. Lokasinya tepat di jalan besar Batusangkar – Bukittinggi yang agak sedikit menjorok ke dalam gang. Sebelum mampir ke kedai kopinya, kami terlebih dahulu main ke pabriknya. Di sana ada sekelompok pekerja ibu-ibu yang sedang menimbang dan membungkus bubuk kopi secara manual.
Kopi-kopi ini dikemas dalam berbagai ukuran yang kemudian akan dipasarkan ke warung-warung dan pasar-pasar. Sayang waktu kami ke sana, Kiniko sedang tidak menyangrai kopi atau dalam Bahasa Minangnya disebut ‘merandang’. Kiniko sudah berdiri sejak 1981 konsisten menjual kopi bubuk halus yang harganya ekonomis. Untuk 235 gram bubuk kopi kalau tidak salah hanya dibandrol Rp. 14.000,- saja.

Puas ‘bermain’ di pabriknya, kami melipir ke kedai kopinya. Kedai kopinya berkonsep alam dan terbuka. Banyak kursi kayu berjejer dan langsung berhadapan dengan hijaunya bukit-bukit berbaris dan pematang sawah. Seketika mata langsung segar melihat keindahan semesta yang tiada banding. Kami memilih duduk di saung di bagian agak bawah agar bisa langsung berhadapan dengan segala yang hijau.

Di sini kopi dan kawa daun bisa dinikmati dengan konsep self-service. Di sediakan cangkir-cangkir dan kawa daun serta bubuk dan air panas kopi untuk kamu nikmati sendiri. Terserah mau sebanyak apa, hitungannya tetap percangkir. Harga percangkirnya Rp. 3000 ,- saja. Saya menikmati kawa daun dari cangkir batok kelapa dan menyeruput kopi dari cangkir sangkar burung dan cangkir kaleng nan klasik.

Tak hanya kopi dan kawa daun, di sini juga disediakan beragam camilan dan makanan lainnya. Saran saya jika ke sini pesanlah gorengan dan kopi serta kawa daun lalu duduklah di saung. Menikmati sore dan angin sepoi-sepoi sambil menyeruput kopi nikmat adalah kemewahan yang tak setiap hari bisa dinikmati orang kota seperti saya. Bahagianya luar biasa.

Oh iya, jika kamu ingin membawa oleh-oleh kopi, kawa daun atau camilan lainnya, kamu bisa membelinya di pusat oleh-oleh yang juga disediakan Kiniko Kopi. Siapa tahu kamu kangen sama tempat ini dan ingin sedikit bernostalgia. Bagi saya Kiniko Kopi serasa seperti pulang yang sesunggunya. Pulang ke cangkir, pulang ke alam.
